Selasa, 20 Mei 2014

Jadilah seperti padi

Salah satu sifat dalam diri manusia yang menjadi sumber  kehancurannya adalah apa yang disebut sebagai kesombongan. Sombong adalah perasaan dalam diri manusia bahwa ia mempunyai berbagai kelebihan tertentu dibandingkan orang lain, di mana kelebihan tersebut membuatnya menjadi lebih mulia sehingga harus didahulukan pendapatnya, dihormati, dihargai, dan lain sebagainya.
Mari kita simak ayat berikut ini:
وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ
Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: "Sujudlah kamu kepada Adam," maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan dan takabur dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.(Q.S. al-Baqarah: 34)
Kisah ini mungkin sudah familiar di telinga kita. Dalam ayat di atas Allah mengabadikan kisah Iblis yang ketika disuruh bersujud kepada Adam ia membangkang. Apa yang menyebabkan ia berani untuk mengingkari Allah? Hal ini disebabkan ia merasa dirinya lebih hebat dibandingkan Adam. Ia diciptakan oleh Allah dari api, sedangkan Adam hanya dari tanah. Sebab itu ia merasa bahwa derajatnya lebih tinggi dibandingkan Adam.
        قَالَ أَنَا خَيْرٌ مِّنْهُ خَلَقْتَنِي مِن نَّارٍ وَخَلَقْتَهُ مِن طِينٍ
Iblis berkata: "Aku lebih baik daripadanya, karena Engkau ciptakan aku dari api, sedangkan dia Engkau ciptakan dari tanah".(Q.S. Shaad: 76)
Karena kesombongan dan keangkuhannya Allah mengusir iblis dari surga hingga hari kiamat datang. Allah berfirman:
        فَاخْرُجْ مِنْهَا فَإِنَّكَ رَجِيمٌ
Maka keluarlah kamu dari surga; sesungguhnya kamu adalah orang yang terkutuk. (Q.S. Shaad: 77)
            Para pendengar yang insya Allah dirahmati oleh Allah,
Sikap dan sifat semacam ini menjadikan manusia cenderung hanya memikirkan bagaimana dirinya dihargai dan dihormati orang lain, karena merasa dirinyalah yang “serba” dan “paling”̲  paling keren, paling berilmu, paling benar, dan berbagai “paling” yang lainnya. Kesombongan menimbulkan sikap angkuh dan congkak yang bisa menjadi awal sebuah permusuhan dengan orang-orang di sekitarnya.  
Permusuhan dengan orang-orang sekitar kita adalah cara paling baik untuk menghancurkan diri sendiri. Permusuhan tersebut menjadikan kita kehilangan berbagai kesempatan untuk saling tolong-menolong dan bekerja sama dalam berbagai hal. Akibatnya, akan banyak potensi dan kemungkinan pengembangan diri yang terabaikan karena proses permusuhan ini.
Kesombongan juga membawa kita kepada kehancuran, karena kesombongan merupakan awal dari diri kita untuk menutupi kesadaran dan kebenaran yang timbul. Kesombongan karena kita merasa lebih pintar dari orang lain akan membawa pada sikap mempertahankan diri yang membabi buta, karena yang kita pentingkan adalah bahwa orang lain yang mengikuti ide dan pandangan kita. Tolak ukurnya bukan lagi kebenaran, bukan pula keadilan atau kebaikan, tetapi kemenangan kita. Akibatnya, kesombongan menutupi kebenaran yang datang kepada kita.
Seperti sebuah gelas yang sudah terisi air, orang-orang sombong tidak akan pernah mau menerima pengetahuan dari orang lain karena merasa dirinya sudah penuh dan tidak ada lagi yang perlu dipelajari. Orang-orang sombong akan mengabaikan kebenaran yang disampaikan kepadanya, karena ia merasa dirinyalah yang paling benar. Coba kita simak ayat berikut ini:
وَقَارُونَ وَفِرْعَوْنَ وَهَامَانَ ۖ وَلَقَدْ جَاءَهُم مُّوسَىٰ بِالْبَيِّنَاتِ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الْأَرْضِ وَمَا كَانُوا سَابِقِينَ
dan (juga) Karun, Fir'aun dan Haman. Dan sesungguhnya telah datang kepada mereka Musa dengan (membawa bukti-bukti) keterangan-keterangan yang nyata. Akan tetapi mereka berlaku sombong di (muka) bumi, dan tiadalah mereka orang-orang yang luput (dari kehancuran itu). (Q.S. al-Ankabut: 39)
Karun, Fir’aun dan Haman disebabkan mereka tidak mau menerima kebenaran yang dibawa oleh Nabi Musa, maka Allah menghancurkan kehidupan mereka. Harta yang mereka sangka bisa menyelamatkan dirinya, kedududukan yang mereka banggakan, kekuasaan yang digunakan untuk menzhalimi orang-orang yang beriman kepada Allah, semuanya dilenyapkan oleh Allah dalam sekejap mata.
Begitulah gambaran tentang sifat sombong dan akibat yang ditimbulkannya. Semoga sifat tersebut jauh dari kehidupan kita. Jika hal itu ada, meskipun sedikit maka marilah kita berusaha untuk mengosongkannya dari dalam diri kita, kemudian memasukkan sifat rendah hati untuk mengisi tempat yang kosong itu. Jadilah seperti padi, semakin ia berisi semakin ia merunduk. Artinya, ilmu, kekayaan, dan kelebihan lainnya yang diamanahkan oleh Allah kepada kita, hendaklah menjadikan kita semakin tawadhu’.  

 Sumber: Akbar Zainudin, Man Jadda wa Jada

Tidak ada komentar: