Senin, 03 Juni 2013

Etika Berbakti Kepada Kedua Orang Tua



Etika Berbakti Kepada Kedua Orang Tua
Zaman ini banyak kita jumpai seorang anak tidak lagi berbakti kepada orang tuanya, yang dengan beraninya menentang keduanya. Membantah pendapat mereka dengan nada suara yang tinggi. Dinasehati kepada hal-hal yang mendatangkan kebaikan bagi dirinya, dianggap orang tua ikut campur masalah pribadinya. Jika demikian, siapakah orang tua dalam pandangannya, yang dengan usaha, pengorbanan dan doa keduanya dia bisa menikmati kenikmatan di dunia ini?. Untuk memenuhi keinginannya, sang anak terkadang memaksa orang tuanya atau bahkan melakukan hal-hal yang tidak pantas dilakukan pada orang yang selalu menyayanginya.
Seperti kasus yang pernah kita dengar seorang anak yang ingin membeli handphone, namun karena ibunya tidak mempunyai uang agar bisa membelikannya sang anak dengan tanpa perasaan menendang ibunya. Perilaku mereka yang demikian itu tentu sudah tidak sejalan dengan apa yang seharusnya menjadi perhatian mereka dalam hal etika seorang anak terhadap orang tua. Padahal Allah swt telah berfirman dalam surat al-Isra’ ayat 23-24:
وَقَضَى رَبُّكَ أَلاَّ تَعْبُدُواْ إِلاَّ إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَاناً إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِندَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلاَهُمَا فَلاَ تَقُل لَّهُمَا أُفٍّ وَلاَ تَنْهَرْهُمَا وَقُل لَّهُمَا قَوْلاً كَرِيماً  . وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُل رَّبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيراً.
“Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".”
Dan Rasulullah saw. juga bersabda:
مَا بَرَّ اَبَاهُ مَنْ سَدَّدَ اِلَيْهِ الطَّرْفَ بِالْغَضَبِ  
 “Tidak dinamakan berbakti kepada ayah, seorang anak yang melototkan pandangan matanya kepada ayahnya dengan pandangan marah”.
Ayat dan hadis di atas memberikan petunjuk kepada kita dengan jelas tentang bagaimana seharusnya berperilaku terhadap orang tua. Di antaranya adalah mentaati perintah mereka, kecuali dalam hal yang bersifat maksiat, berbicara kepada mereka dengan penuh kelembutan dan sopan santun, memuliakan keduanya, banyak berdo’a dan memohon ampun untuk mereka berdua, tidak mengeraskan suara di depan keduanya, dan masih banyak lagi cara yang bisa dilakukan untuk berbakti pada mereka berdua.
Mengenai etika ini, penyusun kitab Majmu’uz-Zawaid mengisahkan berikut ini:
Abu Ghassan Adh-Dhabby berkata; “Aku keluar berjalan bersama ayahku ketika terik panas”. Kemudian Abu Hurairah bertemu denganku, ia bertanya, “Siapa orang ini?” Aku menjawab, “Ayahku”. Ia berkata, “Janganlah engkau berjalan di depan ayahmu, tetapi berjalanlah di belakang atau di sampingnya. Janganlah engkau membiarkan seseorang menghalangi di antara kamu dan ayahmu. Janganlah engkau berjalan di atas tempat ayahmu. Dan janganlah engkau memakan tulang (yang sebagian dagingnya telah diambil), sedang ayahmu melihatnya, karena barangkali ayahmu menginginkannya.”
Kisah di atas menceritakan tentang bagaimana orang-orang salaf berbakti kepada orang tuanya. Mereka sangat menjaga perasaan orang tuanya supaya tidak tersakiti disebabkan perbuatan yang dianggap sepele.
Dalam Pasal 19 point a Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, dinyatakan bahwa setiap anak berkewajiban untuk menghormati orang tua, wali, dan guru.
Agar harapan ini bisa tercapai dan anak melakukan kewajibannya secara baik sesuai dengan yang diinginkan oleh Islam, maka menjadi tugas dan tanggunggungjawab pendidik  dalam memediasinya. Terutama orang tua sendiri sebagai pendidik pertama hendaknya mendidik anaknya sejak kecil dengan baik, selanjutnya guru yang diamanahi memberikan ilmu pengetahuan dan moral di berbagai ranah pendidikan formal. Peran serta masyarakat dan tokoh-tokoh agama juga menjadi faktor ketercapaian tujuan tersebut.
Berfungsinya semua komponen ini dan adanya keselarasan dalam melaksanakan tanggungjawab itu, maka anak akan berperilaku mulia kepada orang tua sesuai dengan ajaran Islam karena sudah dididik sejak kecil. Sebab, keutamaan berbuat baik kepada keduanya merupakan sumber segala keutamaan sosial. Oleh karena itu, sangat mudah bagi anak yang terdidik dalam berbuat baik dan menghormati orang tua untuk terdididik pula dalam menghormati tetangga, orang dewasa, guru, bahkan seluruh umat manusia.

Tidak ada komentar: